Tim Beton "Yogyakarsa" Teknik Sipil UMY Juara I Tingkat Nasional
Limbah pecahan gerabah sering kali dibuang begitu saja oleh masyarakat karena dinilai tidak memiliki daya jual selayaknya gerabah utuh. Namun siapa sangka jika limbah pecahan gerabah dapat dimanfaatkan sebagai campuran bahan pembuatan beton. Hal tersebut berhasil dilakukan oleh Aditya Wibawa Mukti, Bagus Setiawan Pambudi, dan Aris Mukti Tirta, tiga mahasiswa Teknik Sipil UMY yang berhasil menjuarai Lomba Beton Nasional 2016.
Ketika diwawancarai di Ruang Biro Humas dan Protokol UMY pada Selasa (26/4) ketiga mahasiswa yang tergabung kedalam tim Yogyakarsa tersebut berhasil menyabet gelar juara I dan Juara Favorit dalam Lomba Beton Nasional yang merupakan salah satu rangkaian acara Civil Brings Revolution (CBR) 2016 dan diselenggarakan di Universitas Lampung pada 18-22 April lalu. Dalam kompetisi tersebut, tim Yogyakarsa berhasil menyaingi tim dari Universitas Indonesia (UI) dan tim dari Universitas Negeri Jember yang berada pada posisi Juara II dan III.
Aditya mengatakan bahwa penggunaan limbah gerabah sebagai bahan campuran pembuatan beton dipilih karena sesuai tema lomba yakni ‘Inovasi Beton Ramah Lingkungan dengan Memanfaatkan Limbah Potensial Daerah’. “Selain dari bahan gerabah, beton buatan kami juga menggunakan campuran abu ampas tebu, terak ketel abu ampas tebu dan molase atau air tetes tebu, yang kesemuanya kami ambil dari pabrik gula Madukismo,” jelas Aditya.
Rekan sesama tim, Bagus Setiawan, menambahkan bahwa produk buatan mereka menarik karena penamaan yang diberikan. “Beton yang kami buat, kami namai Gapatar yang merupakan kepanjangan dari Gerabah, Ampas Tebu, Air Tetes Tebu, Ramah Lingkungan. Nama tersebut bagi juri unik dan mudah diingat,” terang Bagus.
Selain pembuatan beton, tim Yogyakarsa juga melakukan uji aplikasi di lapangan dengan beton Gapatar tersebut, Dalam aplikasi lapangan yang dimaksud, tim Yogyakrsa menerapkan batako dengan paving block. “Sekali lagi kami membuat penamaan yang unik untuk batako dan paving block dalam aplikasi lapangan. Batako kami namai dengan LBGT yang merupakan singkatan dari Limbah Gapatar Batako. Sedangkan Paving Block kami namai Pavatar yang merupakan kependekan dari Paving Block Gapatar,” terang Bagus.
Tim Yogyakarsa juga mengungkapkan bahwa hasil beton buatan memiliki nilai lebih dimata juri karena dapat diaplikasikan dalam bentuk sederhana. “Saat penjurian, kami diminta untuk membuat komposisi sebanyak 25 mpa. Sedangkan hasil yang kami buat berada pada nilai 24,985 mpa. Jadi ketepatan komposisi tersebut yang juga menjadi nilai plus untuk tim kami,” ungkap Aris Mukti.
Meskipun demikian, perjuangan dalam perlombaan yang berlangsung selama 4 hari tersebut sempat terkendala karena dua personel dari tiga tim Yogyakarsa jatuh sakit pada hari kedua perlombaan. “Mungkin pada saat hari pertama kami sangat bersemangat hingga memforsir tenaga, dan menyebabkan dua orang dari tim kami jatuh sakit. Namun meski demikian semangat kami tidak runtuh dan berusaha terus berjuang hingga mengantarkan kami pada juara I,” terang Bagus.
Tim Yogyakarsa UMY selain menyabet juara I juga berhasil mendapatkan gelar Juara Favorit. Penghargaan tersebut berdasarkan penilaian likers terbanyak pada video yang telah dibuat oleh masing-masing tim. “Jadi selama persiapan sebelum ke Lampung kami sudah diminta untuk membuat video terkait proses pembuatan rancangan beton kami. Dan Alhamdulillah, video kami mendapatkan likers terbanyak dibandingkan video milik tim lainnya,” tutup Aditya. (Deansa)
Kami Yogyakarsa mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan mendoakan kami. Kami juga berpesan kepada generasi muda UMY agar terus berinovasi untuk mengharumkan nama UMY di mata publik, agar tongkat estapet terus berjalan dan berkembang lebih baik lagi.
Selamat!