Fanny Periamaya Utami: Bela Diri Tak Sekadar Tanding

April 13, 2021, oleh: Editor

Mahasiswi Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta kembali menorehkan prestasinya di kancah nasional. Ia adalah Fanny Periamaya Utami atau lebih akrab dipanggil PU. Lahir di Garut, 22 tahun lalu dan kini tengah menempuh semester akhir guna menyelesaikan studinya.

Fanny Periamaya berhasil menjuarai ajang Kejuaraan Pencak Silat bertajuk “Live Virtual Competition 2021” yang diadakan oleh Nove Organizer pada (19/3) hingga (28/3) kemarin. Ia bersama dua orang lainnya berhasil menyabet juara pertama pada kategori beregu dewasa.

Ajang kejuaraan ini dilangsungkan secara daring melalui aplikasi ZOOM Meeting kemudian disiarkan langsung melalui Channel YouTube. Ajang ini mempertandingkan kategori seni IPSI tunggal, ganda, dan beregu dan diikuti oleh 368 atlet dari usia dini hingga dewasa. Setidaknya, Fanny bersama dua temannya berhasil mengalahkan 80 atlet lainnya di tingkat dewasa.

“Suka duka banyak. Sukanya karena ini hobby aku, jadi seneng aja gitu. Ketemu temen-temen baru angkatan bawah, bisa lepas penat karena tim yang selalu bikin happy saling menyemangati, apalagi ketika tugas akhir belum selesai-selesai. Dukanya karena nggak punya tempat latihan yang pasti. Jadi tempat latihannya kadang pindah-pindah, mulai di GOR UMY, Lapangan Futsal atau kadang ke Pimpinan Pusat Muhammadiyah di kota. Angkut-angkut 100 matras tiap pindah lokasi latihan dengan tim yang minim,” ungkap Fanny Periamaya.

Kejuaraan ini akan menjadi ajang perlombaan terakhir yang diikutinya selama menjadi mahasiswa. Meskipun demikian, ia mengaku cukup puas dan bangga karena telah sering mengikuti kejuaraan serupa. Baginya, apa yang diperoleh selama ini tidak hanya tentang memenangkan perlombaan, namun juga pertemanan dan saling suport satu sama lain.

Fanny Periamaya sendiri mengaku bahwa ia menyukai seni bela diri sejak duduk di bangku SMP. Dahulu, ia mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pencak Silat. Keikutsertaannya ini didasarkan pada dorongan keluarga, yakni ayah dan kakak laki-lakinya yang juga mengikuti kegiatan serupa. Namun hobby nya ini harus putus saat ia masuk bangku SMA karena tidak adanya wadah belajar. Baru ketika ia masuk bangku perkuliahan, ia kemudian mencari UKM dan menemukan Perguruan Seni Bela Diri Tapak Suci. Secara resmi, ia mendekarasikan memulai belajar bela diri ketika masuk di Tapak Suci ini. (Sraii)